Ya, saya berpendapat bahwa sebagian besar orang yang lebih
dewasa merasa lebih pintar dan lebih berpengalaman dari orang lain yang lebih
muda usianya. Itu tidak sepenuhnya benar, karena pengalaman yang dimiliki tiap
orang cenderung berbeda. Bisa saja orang yang lebih muda, ilmu agamanya lebih
banyak daripada yang lebih tua karena kesempatan dan usaha mereka masing - masing dalam mencari ilmu agama juga berbeda.
Contoh kasus misalkan si A (usia dewasa / tua) dalam
membacakan surat salah di panjang pendeknya saat ia menjadi imam. Kemudian si B
(pemuda) memperingatkan dengan cara yang sopan dan baik tentunya. Pada umumnya
si A akan menolak saran dan kritik dari si B. Sebagian menerima dalam hati tapi
tidak dengan ucapannya terhadap si B. Alangkah indahnya jika banyak si A yang
mau menerima dalam hati dan juga tindakan, dengan mengucapkan terima kasih
kepada si B, kemudian mengkaji bersama ilmu tersebut. Dan si B juga tidak boleh
sombong meskipun ia lebih tahu.
Itu contoh dalam hal ibadah khusus, dalam hal ibadah luas,
bekerja/kehidupan di keluarga juga demikian. Terkadang kakak atau orang tua
menganggap saran dari adik / anaknya tidak langsung bisa diterima. Pasti ada
ego terlebih dahulu.
Tapi terlepas dari itu semua, sebenarnya dapat di cari
solusinya dengan saling berprasangka baik dan menghilangkan sifat sombong. Si A
yang lebih tua menghargai saran dan kritik dari si B yang lebih muda. Si B juga
tidak boleh menganggap semua saran dan kritiknya harus diterima, karena benar
menurutnya belum tentu benar menurut lainnya. Sehingga harus ada pedoman
diantara mereka.
Missal jika membahas persoalan agama, maka Al-Quran dan
Hadits pedomannya. Untuk literature dapat dibaca di buku dan website yang
terpercaya. Atau tanya ke ustad dan ikut kajian. Untuk kasus keluarga dapat
ditanyakan kepada orang tua yang memang pernah mengalami kejadian tersebut,
tapi juga cari yang bijaksana dan dapat dipercaya. Dapat juga dengan membaca
buku keluarga Islami, website Islam, dan lain – lain.
Ada saran dari kamu?